Nonton Dulu, Lahiran Kemudian

OK. Bicara tentang proses lahiranku yg lewat 3 hari dari HPL. Fyi, HPL-ku juga dihitung berdasar kehamilan 40 w ya, bukan 38 w.

Anakku terhitung mungil ukurannya, di 38 w dia masih dianggap oleh USG sbg janin umur 36 w krn beratnya hanya 2,6 kg. 2 minggu berikutnya setiap kontrol di hari Selasa pun beratnya hanya naik tipis sekitar 2,7 kg. Fyi, 2,7 kg itu beratnya di H-1.

Sebagai ibu baru mendapati ukuran anak mungil begitu wajib santai tanpa khawatir. Coba lihat, apakah memang riwayat keluarganya begitu juga? Krn aku sendiri lahirnya dl jg gak sampai 3 kg. Lagipula berat 2,7 kg sudah tergolong cukup lahir meski memang tidak sesuai standar KMS. Namun di luar itu semua kondisi kesehatan janinnya bagus kok, jd ya santai saja, sambil tetap makan es & manis jika memang ingin mengejar berat badannya supaya agak naik sedikit. Lemayan kan, jd punya alasan njajan terus 😆

Tibalah di HPL-nya Boy di hari Minggu, 21 April. Nggak ada tanda menjelang persalinan sedikitpun, dan kami tetap santai.

Apa saja memang tanda menjelang persalinan? Pada umumnya sih ada yg mendadak diare/BAB lebih sering, keluarnya sumbat hamil yaitu lendir dg bercak darah, dan pastinya kontraksi yg semakin rutin & teratur dg rumus seperti ini:

Pertama, kontraksi 4-1-1, jika kontraksi terjadi tiap 4 menit sekali dg durasi 1 menit, sudah berlangsung teratur selama 1 jam, & jarak rumah-RS dapat ditempuh dalam 1 jam.

Kedua, kontraksi 7-40-2, yaitu jika kontraksi terjadi tiap 7 menit sekali dg durasi 40 detik, sudah berlangsung teratur selama 2 jam, & jarak rumah-RS dapat ditempuh dalam 2 jam.

Aku sendiri baru merasakan kontraksi hari Rabu, 24 April siang, pas baru masuk bioskop untuk nonton Avengers: Endgame. Sepanjang film aku sambil sibuk buka aplikasi Kontraksi Nyaman dari @bidankita. Ternyata pola kontraksiku sudah langsung 4-1-1! HAHAHAHA. Tapi ya gimana, dapet tiket Avengers-nya susah euy, jd kutahan kunikmati sabarrr sampai film selama 3,5 jam selesai.

Selesai nonton di Kuningan langsung minta mz zwm ke YPK, mo-to-ran, di jam bubaran kantor sekitar setengah enam sore. Ntaps yaaa, kontraksi sambil macet~ Rencananya cm mau cek bukaan berapa, kalau masih kecil mau balik rumah dl.

Masuk ke ruang Kala 1, dicek baru bukaan 1 katanya. Maka kuajak main gym ball & ditinggal mz zwm beli dinner. Somehowww, selama main gym ball rasa nyerinya makin ngawur & gak bisa nahan njerit 😂 Sampai bidan senior di luar ruangan bilang, “Itu mah kayanya dah bukaan 5 deh”, padahal hanya selang 10-15 menit sejak bukaan 1 tadi. Karena nyerinya makin jadi, akupun dipindah ke ruang Kala 2, sekitar jam 7 malam.

Singkat cerita, akhirnya dr. Andon datang sekitar jam 9 lewat. Selama menunggu itupun sebenarnya bukaan sudah lengkap, anak sudah turun & ketuban sudah pecah. Jadi keinginan mengejan sebenarnya sudah ada sejak lama tapi terpaksa ditahan demi nunggu dokter :’)

Bermodalkan ilmu nafas & mengejan yg kutahu, tetap butuh beberapa kali usaha untuk akhirnya bisa melahirken. Kayanya… lebih dr 5x mengejan ada sih. Teknik yg kupakai adalah hirup nafas perrrlahan supaya bisa panjang & dalem kemudian dihembuskan perlahan & dalem jg sekuat tenaga sambil leher menunduk mendorong dagu ke dada.

Akhirnya jam 10 malam tepat anak lahir. Berat badannya gimana? 3,070 kg lho! Ini membuktikan bahwa BBJ dalam USG itu memang gak bs dianggap akurat tp jg memang ga utk diremehkan, cukup sbg acuan perkiraan saja.

Dan lahiranku adalah HPL+3 dg munculnya pertanda baru di jam 2 siang, lahir di jam 10 malam. Aku tidak mengalami yg namanya diare/sering BAB, tidak ada lendir darah yg keluar juga. Jadi emang kelahiran itu gak bisa diperkirakan ataupun dibandingkan dengan orang lain untuk kemudian kita jadikan acuan mutlak.

Sabar dan percaya saja dg tubuh ibu & bayinya ya, agar masing-masing punya ceritanya sendiri ♥️

HPL-nya Kok Berbeda?

Gak inget sejak kapan, bahwa prinsipku HPL itu hari perkiraan lahir. Jadi emang ga pernah terlalu peduli dg HPL menurut HPHT ataupun USG, krn emang cenderung berbeda.

Yaiya, lha wong sepengatahuanku ya, berdasar pengalaman sendiri sih, HPHT itu kan berdasar rumus hitung-hitungan ya, yg mana kadang kita sendiri gak bener-bener inget hari pertama haid terakhir itu kapan? (Karena syok sendiri dg kenyataan tetiba hamil, LOL). Sementara HPL berdasar USG itu mengacu ke ukuran bayinya, yg diharapkan perkembangannya ideal jd yah~ HPL-nya sejalan miriplah dg HPHT. Poin ke-2 di atas itu aku alami sendiri, dg perbedaan usia janin sampai sekitar 2 minggu.

Jadi, memasuki bulan ke-9 somehow kami merasa gak cocok dg obgyn-nya Boy selama ini (Siapakah? Bisa dirunut sendiri di tulisan sini ya, hehe), lalu memutusken untuk pindah kontrol ke RS YPK Menteng dg dr. Andon (keputusan memilih obgyn ini sendiripun akan ditulis di beda tulisan lagi yes).

Kontrol pertama ke dr. Andon kami agak kaget semua, krn tetiba terhitung usia janin baru 36 w, padahal pas itu harusnya sudah 38 w. Dilakukan USG berulang, hasil tetap sama, sekitar 36 w, tapi di luar itu kondisi kesehatannya tetap OK, hanya usianya saja nih yg mengganjal.

Kenapa mendadak janin jd lebih muda? Krn ternyata ukuran janinnya yg mungil, jd terbaca oleh USG masih seukuran janin umur 36 w. Yaaa, mesin USG kan disetting berdasar ukuran ideal lah ya.

Untuk memastiken, aku dirujuk ke dr. Bambang Karsono, dewanya USG 4D 😂 enak banget USG dg blio, detil & berulang-ulang. Hasilnya? Emang anakku yg mungil, di umur 38 w beratnya masih 2,6 kg saja.

Selang beberapa minggu sampai di 40 w, anaknya masih anteng. HPL dia harusnya di hari Minggu, tp krn ya Minggu & gak ada tanda apapun, kami selow saja sih, dan memutusken tuk tetap kontrol rutin di Selasa.

Ternyata oh ternyata 24 jam setelah kontrol, anaknya lahir 😂 dan aku baru mulai ngrasain tanda-tanda itu di jam 2 siang hari lahirnya.

Kesimpulannya? HPL itu jangan terlalu dijadiin patokan sampai dipikirin banget buibu. Selama rutin kontrol & ga ada kekhawatiran apapun, tetap selow & berusaha menginduksi alami anaknya. Sebab makin stres mikir kapan lahiran, anaknya makin menolak lahir 😆

Lagipula, kenapa terburu-buru lahiran sih? Bakal jadi jarang tidur lho! 😂

Waspadai Pelemahan Otot Dasar Panggul

Seringkali kita mendapat info bahwa lebih enak lahiran normal daripada caesar, supaya bisa cepat pulang ke rumah & beraktivitas lagi. Tapi kenyataannya apakah semulus itu? Untuk aku sih… nggak 😂

Setelah persalinan normal selama 3 jam saja, aku malah terpaksa stay di RS sampai 8 hari, adalah karena gak bisa pipis spontan. Untuk aku yg hobi minum dan suka pipis, itu menyedihkan banget, huhuhu.

Kok bisa? Setelah ngobrol dg dr. Alfa di RS YPK yg merupakan obgyn sub-spesialis uroginekologi, aku ini sedang mengalami pelemahan otot dasar panggul. Faktornya apa saja memang? Yang aku alami sih adalah persalinan normal, BB anak 3 kg, dan sepertinya juga karena proses persalinan kala 2 yg lebih dari 1 jam.

Maka jadilah otot dasar panggulku melemah, yg bisa berakibat gak bisa pipis spontan seperti yg kualami, atau justru gak bisa kontrol keluarnya pipis dan/atau BAB, dan terburuknya adl turun peranakan. Jadi rasanya persis seperti sedang ISK tapi lebih parah. Pipis sudah diujung, terkumpul, tapi kamu gak mampu bukain pintunya untuk keluar. Mau disugesti seperti apapun teup gagal 😢

Solusinya adalah selama 8 hari itu aku berbuntut kateter, minumku pun dikontrol jumlah & jam konsumsinya. Kateteran gak enak bat~ bayangken aja ada selang dg ganjalan di mulut vagina yg kudu dibawa ke mana saja. Mau duduk, berdiri, tidur, serba gak nyaman. Selain itu aku jg dikasih obat untuk menguatkan kerja otot, dan alhamdulillahnya obat ini sukseisss bekerja dg bukti bahwa akhirnya di hari ke-8 aku di RS sudah bisa pipis sendiri.

Gimana cara menghindari pelemahan otot dasar panggul ini? Mudah. Senam kegel saja rupanya! Namun memang harus diakui bahwa isu pelemahan otot dasar panggul ini terabaikan olehku selama masa kehamilan, bahkan gak pernah mendengarnya sekalipun.

Untuk buibu yg mau menghindarinya, rajin-rajin senam kegel saja yes! Gimana sih cara tahunya kalo senam kegel kita sudah dipraktekin dg bener? Tes pada saat sedang pipis. Praktek menahan otot hingga memutus pipis untuk berhenti itulah senam kegel. Cukup dilakukan selama 5 hitungan saja kok, dan tentunya gak pas sedang pipis ya 😅

Selamat berlatih!

Review Kelas @griyaibusehat: Prenatal Yoga

AKHIRNYA! Sempat menulis lagi setelah lahiran, ahaha. Kali ini mau review kelas persiapan persalinan lain yg sempat diikuti bersama suami ya!

Masih tetap dalam rangka menyiapkan diri sebaik mungkin saat hamil, aku juga berinisiatif mengikuti kelas prenatal yoga, dan maunya yg berpasangan dg suami, krn suamipun suka dg yoga, dan memang sebelum aku hamil kami rajin ikut yoga bersama. Setelah mencari-cari, akhirnya nemu di Sunter, yaitu Griya Ibu Sehat dg mbak Felicia sbg pengajarnya, yg mana beliau jg adl eks bidan yg sekarang menjadi seorang doula.

Awalnya dalam bayanganku prenatal yoganya itu ya akan dilakukan beramai-ramai, full beryoga seperti kelas yoga pd umumnya, hanya gerakannya sj yg berbeda. Namun ternyata di Griya Ibu Sehat ini berbeda.

Enaknya, kelasnya bisa dibilang cukup privat, pesertanya maksimal 2 pasutri. Di kedatangan pertama kami diajarkan singkat tg proses persalinan dan jenis-jenis nafas yg dibutuhkan selama hamil & persalinan plus alternatif posisi persalinan, baru kemudian diajak yoga, lalu ada simulasi mengejan saat persalinan sembari melatih nafas yg baik & benar, karena memang proses mengejan saat persalinan itu fatal jika tidak dilakukan dg baik & benar.

Setiap kelasnya bisa berlangsung hingga 2 jam, karena memang jg sambil ngobrol & istirahat jika dirasa tubuh bumilnya kelelahan. Agenda kelasnya selalu sama, doa di awal & akhir kelas dan berbicara dg janinnya, yoga, simulasi persalinan, kemudian ditutup dg yoga lagi utk relaksasi di akhir.

Yang menyenangkan dr kelas bersama mbak Felic di Griya Ibu Sehat ini adalah kita diajarkan & dipandu betul tata cara posisi dan pernafasan yg baik & benar. Memang sih, bernafas itu kegiatan sepanjang hidup, tapi ternyata untuk nafas panjang & dalam memang tidak bisa dilakukan tanpa latihan.

Untuk proses mengejan, diajarkan nafas panjang & dalam dg durasi hingga 20 hitungan. Fyi, itu nggak gampang, karena kebiasaan kita sehari-hari yg hanya bernafas pendek-pendek, maka untuk bisa melepas nafas agak lama itu ternyata susah.

Anyway, buatku mengejan tanpa ada sesuatu yg ingin dikeluarkan itu agak susah juga sih ya 😂

Belum lagi “dipaksa” senyum karena mindset-nya yg dibuat bahwa dengan mengejan itu berarti kita sedang membantu tubuh kita & bayi agar bisa segera bertemu, jadi kita wajib berbahagia.

FYI, SENYUM SAAT KONTRAKSI ITU TERNYATA JUGA NGGAK MUDAH YA, HAHAHAHAHA.

Untuk buibu yang mau tahu apa saja jenis nafas yg diajarkan mbak Felic bisa dibaca di sini ya. Untuk yg penasaran & ingin ikut kelasnya di Metro Kencana, Sunter, silakan cek IG mereka di @griyaibusehat.

Good luck!

Review Kelas @birth.imwithu: Kelas Persiapan Persalinan

Seperti yg sudah kuinfokan di post sebelumnya tg review kelas @momikologi bahwa pada dasarnya memang aku seneng sinau, nah kelas kedua yg kuikuti semasa hamil adalah Kelas Persiapan Persalinan bareng @birth.imwithu.

Berangkat dari saran kakak yg sempet trauma dg 28 jam persalinan anak pertamanya, lalu mengikuti kelas gentle birth di persalinan kedua, maka akupun juga langsung cari-cari info kelas serupa, meski saat itu usia hamilku masih… 5 bulanan, sementara pasutri lain rerata sud 8 bulanan ✌️

Kelas kali ini dilaksanaken seharian di @rumah.dandelion di Lebak Bulus, yg jawuhhh dr Kelapa Gading, makanya kubelain nginep di sekitaran Lebak Bulus dan di usia hamil yg sedang prima-primanya jadi supaya nggak capek di perjalanan yekan.

Kesimpulan pertama dari kelas ini: memuaskan, sungguh. Kelas terbaik selama kehamilan ini. Worthed dengan biaya investasinya di Desember 2018 adalah Rp 1.5 juta/pasangan, yg mana kamu akan dibuat melek tg ilmu kehamilan & persalinan, diajak praktek beberapa tips & trik untuk mengoptimalkan tubuh saat persalinan juga, dan bonus maksi yg kelewatan ngenyangin & snack sepanjang hari, karena prinsipnya adalah anti lapar lapar club. Maklum, ibu hamil 😆

Di kelas ini juga aku merasakan betul telah berhasil belajar bareng mz zwm & bikin doi melek & mau sinau juga tg pie itu kehamilan & persalinan yg baik & benar.

Jadi memang apa aja sih yg diajarken di kelas ini?

Dibagi jadi 3 sesi, yg pertama adalah tentang mind, soul, & body. Di mana kita diajak memahami bersama filosofi gentle birth agar baik pikiran, perasaan & tindakan kita sesuai & akhirnya berhasil mendukung untuk prosesi ini. Apa yg sebaiknya kita pikirkan, dengan keinginan/perasaan seperti apa yg kita inginkan terjadi selama hamil & persalinan, dan bagaimana tubuh kita akan merespon & apa yg harus kita lakukan supaya direspon tubuh dg baik & benar, diinformasikan di kelas ini.

Kemudian di sesi kedua, diajarkan tentang hal-hal menyangkut persalinan. Seperti hormon yg pro & kontra terhadap proses persalinan yg baik & benar itu apa saja, tanda-tanda persalinan itu apa & bagaimana, kontraksi itu kaya apa sih (ini penting untuk buibu yg clueless! 😂), tahapan persalinan, posisi melahirkan -karena ternyata nggak melulu berbaring yg sebenarnya justru kurang disaranken-, dan mungkin yg paling favorit untuk pakbapak adalah informasi kapan sih sebaiknya segera ke RS?

Sebagai buibu clueless yg mostly pada suka parnoan, kapan sebaiknya ke RS ini menjadi info yg sangat penting. Ternyata, pembagian waktunya dibagi jadi 3, yaitu kontraksi 4-1-1, kontraksi 7-40-2, dan jika mengalami KPD atau Ketuban Pecah Dini.

Pertama, kontraksi 4-1-1, jika kontraksi terjadi tiap 4 menit sekali dg durasi 1 menit, sudah berlangsung teratur selama 1 jam, & jarak rumah-RS dapat ditempuh dalam 1 jam.

Kedua, kontraksi 7-40-2, yaitu jika kontraksi terjadi tiap 7 menit sekali dg durasi 40 detik, sudah berlangsung teratur selama 2 jam, & jarak rumah-RS dapat ditempuh dalam 2 jam.

Ketiga, jika mengalami KPD, maka harus segera ke RS karena biasanya persalinan akan terjadi dalam waktu 24 jam ke depan, dan gerakan Ibu harus dibatasi & hindari kontak langsung dg vagina agar tidak infeksi. Namun ingat, bahwa meski mengalami KPD bumil tetap boleh makan & bahkan harus banyak minum.

Sesi terakhir, diajarkan tg 3 kunci persalinan yg sadar & sehat, yaitu bergerak aktif, bernafas teratur & benar sesuai kebutuhan sikonnya, dan santai. Ilmu terpenting di sesi ke-3 ini menurutku adalah tg bergerak aktif, mengingat persepsi yg berkembang selama ini adalah menunggu persalinan itu ya hanya dg berbaring sambil menahan sakit saja begitu, padahal sebaliknya, justru dianjurkan untuk banyak melakukan gerakan yg dapat membantu ibu maupun anaknya dalam mengoptimalkan fungsi tubuhnya untuk proses persalinan yg sadar & sehat.

Nah, dari sini jugalah saya kemudian semakian niat untuk mencari kelas prenatal yoga demi memaksa diri untuk bergerak aktif selama hamil, sekaligus belajar berbagai jenis teknik pernafasan yg penting untuk kehamilan & persalinan.

Gimana buibu, jadi tertarik jugakah dengan apa itu gentle birth? Sebenarnya pun sekarang sudah banyak penyelenggara kelas sejenis, dan tentu saja buibu boleh cari tahu lebih lanjut tg kelas miliknya @birth.imwithu ini yg biasanya ada di area Tangerang, Jaksel, dan Bekasi.

Semoga kita semua terus dilancarken proses kehamilan & persalinannya nanti yes, dan harap tunggu review kelas lain yg kuikuti juga semasa hamil yes 🙌

Daftar Bawaan ke RS Saat Persalinan

Menjelang h-14 berdasar teori HPL, tinggal beberapa hal yang belum disiapken untuk dibawa ke RS, yaitu botol susu untuk jaga-jaga dan pompa manual, hahaha. Masih anteng di dalem sterilizer itupun belum disterilken krn masih ragu, ahaha.

Salah satu hal yang juga sering dipertanyaken menjelang hari H adalah, kudu bawa apa aja yak?

Setelah survai survei, guglang gugling kanan kiri dan ditimbang-timbang, pada dasarnya yang perlu dibawa itu dibagi untuk bapak, ibu, anak dan dibagi jadi di ransel untuk barang yang dibutuhken segera di hari H dan di koper untuk barang yang sekiranya dibutuhken setelah persalinan.

Untuk Ibu:

  • Baju selama di RS & saat pulang dari RS
  • Pakaian dalam, untuk bra-nya jangan lupa sudah yang versi bra menyusui
  • Kaos kaki, untuk berjaga kalau kedinginan
  • Handuk dan alat mandi
  • Make up
  • Alat ibadah
  • Alas kaki enaque
  • Plastik untuk sampah (apapun yang bisa terjadi) & baju kotor
  • Breast pad, yang juga pemilihan mereknya setelah melalui berbagai survei review kanan kiri
  • Pembalut nifas, nah ini juga pemilihannya nggak ngasal, bahkan sempet naksir merek yang ternyata sud discontinue :((
  • Handphone dkk tentunya
  • Perlengkapan untuk gentle birth: headphone & speaker, jarik untuk rebozo, gym ball, botol air panas untuk kompres, minyak pijet

Untuk Bapak:

  • Dokumen penting (kartu asuransi/BPJS, KK, KTP, akta lahir ortu, buku nikah jikalau dibutuhken untuk buat akta lahir anak), buku kontrol ibu selama kehamilan
  • Handuk dan alat mandi
  • Baju dan pakaian dalam selama di RS
  • Bantal & selimut untuk menginap di RS
  • Handphone dkk

Untuk Anak:

  • Baju selama di RS & saat pulang dari RS
  • Topi
  • Selimut
  • Gendongan
  • Sarung tangan & kaos kaki
  • Tisu basah
  • Popok, apalagi ini, pemilihannya bahkan setelah membuat tabel & value format di excel, mana yang “tampak paling OK” dengan harga termurah per pieces :’))
  • Bedong
  • Minyak telon
  • Botol susu, untuk jaga-jaga sih

Begitulah kurang lebih yang saya bawa, kalau untuk jumlahnya sih dikira-kira saja kalau nawaitunya untuk persalinan normal ya berarti untuk 3 hari gitulah, dan seterusnya.

Good luck!