Berdayakan Diri Demi Kepercayaan Diri

Adalah sebuah kewajaran jika menjadi hamil berarti menjadi khawatir, kepikiran, hampir tiada henti. Sebut saja, khawatir terhadap kesehatan diri sendiri, khawatir terhadap kesehatan janin apalagi, khawatir dengan kesiapan finansial, khawatir dengan kesiapan mental -yang mana seringkali terabaikan-, khawatir jika nanti anaknya harus ditinggal kerja, dan seterusnya. Rasanya buibu bisa nggak selesai memaparkan daftar kekhawatirannya.

Tapi apakah memang menjadi khawatir itu perlu & penting selama kehamilan?

Buat saya, ya perlu & penting selama masih dalam batas wajar. Namun jika sudah mencapai tingkat kekhawatiran yg tidak logis, sampai hal sepelepun dipertanyakan, ya itu berarti kita sendiri sebagai calon Ibu masih belum ada cukup niat untuk memberdayakan diri dengan banyak belajar.

Terlebih untuk yg hamil pertama ya, harus diakui bahwa kehamilan menjadi hal yg sangat baru dong pastinya. Apa yg sebaiknya dilakukan? Ya karena merupakan hal baru & akan mengubah hidup selamanya, maka belajarlah, cari tahulah, terlebih dg sikon sekarang yg informasi itu bawuanyak banget ya kan.

Hal paling umum yg banyak banget ditanyakan, biasanya perihal respon tubuh terhadap kehamilan, apa saja yg boleh & dilarang dikonsumsi, yg mana kedua hal tersebut informasinya nyebar ada banyak banget, bisa cek Google, atau dg rutin cek aplikasi kehamilan.

Nah, salah satu aplikasi yg saya gunakan sejak awal hamil adalah Baby Centre (BC). Di BC, setelah memasukkan HPHT kita maka akan langsung muncul informasi harian yg bisa kita baca mulai dari tahapan perkembangan harian dari anak kita, tips seputar kehamilan seperti nutrisi apa saja yg dibutuhkan, kegiatan fisik apa saja yg boleh & dilarang selama hamil, dan beragam info lain seputar kehamilan.

Bacaan penting lainnya yg juga sangat berguna buatku adalah http://www.spinningbabies.com. Terutama jika sudah memasuki trimester akhir biasanya akan mulai disibukkan dg kekhawatiran memikirkan posisi bayi menuju lahiran apakah sudah ideal atau belum. Nah di web ini semua dibahas mulai dari posisi bayi, tips trik aktivitas yg bisa dilakukan sehari-hari maupun menjelang persalinan yg bs membantu mengoptimalkan tubuh ibu & posisi bayinya. Silakan dicek juga, ya!

Nah, daripada disibukkan dengan kekhawatiran apalagi khawatir terhadap mitos, lebih baik kita segera membekali diri terlebih dulu dengan banyak info seputar kehamilan. Aku sendiripun memang lebih suka mencari info dari google/aplikasi, dibanding berdasar pengalaman sesama bumil misalnya, karena ya harus diakui, setiap kehamilan itu berbeda-beda kan, bahkan kehamilan pertama & kedua yg dialami oleh satu ibu yg sama, misalnya. Jadi aku tidak merasa cukup yakin untuk menjadikan pengalaman mereka sebagai acuan dalam menanggapi kehamilanku sendiri. Paling hanya kujadikan tambahan info untuk kemudian kupelajari lebih lanjut dg googling tentu saja.

Banyak baca di Google atau aplikasi kehamilan adalah salah satu cara termurah, termudah yg bisa kita lakukan. Cara lainnya apa? Ikut kelas! Sekarang sudah ada banyak banget kelas offline maupun online yg membahas seputar kehamilan, persalinan, bahkan pasca persalinan. Cari yg sesuai dg ketertarikan & budget, ikuti, & catat agar bisa dipelajari ulang menjelang hari H. Jangan lupa ajak suami untuk ikut kelas juga ya, dan sharing ilmu apapun yg didapat agar mereka juga merasa dihargai & tentunya memiliki andil penting sejak masa kehamilan sampai nanti membesarkan anak seumur hidup.

Jadi gimana buibu, sudah siap memberdayakan diri?

Review Kelas @momikologi: Get Ready to be A Mom!: Psychological Prenatal Preparation

Pada dasarnya aku tuh suka sinau kan ya, dan hamil ini jadi salah satu alasan untuk asyik sinau bab ina inu terutama bab kehamilan. Prinsipku sih, selama ibunya nyaman ya bayinya aman. Insya Allah. Jadi sisanya dipikir secara logika saja sudah, tanpa kudu takut kepikir mitos dan lainnya~

Nah, karena suka sinau, dan salah satu isu terbesar yang langsung kupikirkan di awal hamil itu adalah isu kesehatan mental, maka kelas pertama yang kuikuti adalah justru Get Ready to be A Mom!: Psychological Prenatal Preparation dari @momikologi pada Desember lalu di acara IMBEX yang nge-hits itu. Dan sejauh ini kalau ikut kelas selalu ajak mz zwm! Kudu mau kudu bisa kudu melu sinau pokmen! 💪♥️

Kesehatan mental itu penting & perlu diketahui, diwaspadai, disinaui, dan dijaga, buatku. Jadi setidaknya kalau (amit-amit) mengalami, tidak akan denial dan secara sadar mengalaminya, agar bisa berusaha untuk menerimanya sampai akhirnya selesai. Aamiin!

Yang paling umum diketahui kan adalah baby blues ya, tapi ternyata ada perbedaan antara baby blues (BB) dengan PPD atau Post-Partum Depression, lho. Baru tahu pun~ Dan nggak cuma sampai PPD saja, tapi juga ada Post-Partum Psychosis (P3) dan Post-Partum Post-Traumatic Stress Disorder (P3TSD). Whoaaa~ 😐 Eh iya, itu singkatan kubuat sendiri sih, bahahaha ✌️

Jadi kalau BB itu rentang waktu kejadiannya adalah 0-2 minggu pasca melahirkan, sedangkan PPD adalah di atas 2 minggu pasca melahirkan. BB ini lebih umum terjadi dan penyebab utamanya adalah hormon. Kalau bicara hormon dan wanita, YA SUDAHLAH YHA~

Nah kalau sudah BB apakah pasti PPD? Jika BB tidak tertangani dengan baik & tuntas maka berpotensi menjadi PPD. Di tahap ini kalau sudah sadar mengalami PPD baiknya ya segera berkonsultasi ke psikolog sebelum berlarut-larut dan naik level jadi P3 atau P3TSD.

Apa beda antara yang kedua terakhir ini? Kalau P3 penyebabnya adalah hormon dan kemungkinan sebelumnya sudah ada riwayat gangguan psikologis, gejalanya muncul kira-kira 1 minggu pasca melahirkan. Solusinya? Selain ke psikiater untuk diberi obat, ibu juga sebaiknya dipisahkan sementara dari bayi dan tentu saja karena mengonsumsi obat maka wajib berhenti menyusui sementara.

Terakhir adalah P3TSD, penyebab utamanya adalah pengalaman traumatis selama kehamilan & saat persalinan dan gejala akan tampak muncul mulai 1 bulan pasca melahirkan. Jika berada pada tahap P3TSD ini baiknya ibu segera konsultasi ke psikolog agar dilakukan terapi kognitif, emosi, dan perilaku.

Nah, tapi ternyata, ada juga gangguan psikologis yang bisa dirasaken langsunggg setelah melahirken: antara anxiety, obsessive, atau compulsive. Penyebabnya adalah hormon dan riwayat gangguan psikologis. Apa yang harus dilakukan? Segera cari psikolog sih untuk terapi dan somehow ada yang butuh obat juga.

Lalu apa yang paling penting untuk membantu mencegah, mengobati itu semua? Support system! Terutama jelas, swami. Lalu orang tua & mertua, saudara, hingga keluarga dekat, diharapkan kesemuanya mau, mampu, dan sadar diri agar keberadaannya bermanfaat positif untuk mendukung bapak-ibu baru.

Jadi pakbu, perlu banget sih eym untuk mengedukasi diri sendiri dulu, sebelum dihajar mitos dan perkataan ucapan toxic dari kanan kiri seputar kehamilan, persalinan, sampai nanti bab ngurus anak. Prinsipnya: Kalau nggak ikut bayarin ngurusin keperluan anak, abaiken! 💁

Overall, kelas dari @momikologi kemarin secara konten cukup OK, karena mereka kasih cetakan materinya ke peserta! Nggak cuma presentasi ngomyang dan kami diharapkan mencatet. Tapi untuk harga Rp 180.000/couple, jam pelaksanaan yang ngaret banget (mungkin karena padat jadwal di IMBEX), tidak ada makan minum tersedia, dan goodie bag yang diberikan juga sekadar formalitas, rasanya agak berlebihan sih. Tapi nggak kapok kalau misal ada topik menarik lain yang bisa kuikuti, @momikologi cukup kompeten kok dengan isu kesehatan mental ibu & keluarga sebagai konten utamanya ♥️