MPASI Usia 4 Bulan

Sebelumnya aku pernah cerita pengalamanku saat terkena mastitis di sini, yg rupanya dari situlah perjalanan anakku mengejar BB yg baik & benar dimulai~

Jadi memang hari di mana aku divonis mengalami mastitis itu, anakku sudah sempat ditimbang dan BB-nya di 2,9 kg, sementara umurnya hampir sebulan dan BB lahirnya adalah 3 kg. Jadiii, doi malah nggak nyampe BBL sekalipun lho, padahal idealnya adalah nambah 800 gr dari BBL yaitu 3,8 kg.

Paska sembuh dari mastitis, BB anak dikontrol ketat setiap minggu selama sebulan bersama dr. Anjar di KMC, dan memang dari awal blio sudah sempat wanti-wanti kemungkinan perlunya anakku untuk mulai MPASI di 4 bulan 1 minggu. Benar saja, akhirnya ketika anakku menjelang 4 bulan, DSA-nya yg terkini yaitu dg dr. Made Indra Waspada pun menyarankan untuk MPASI di 4 bulan 1 minggu alias 17 minggu.

Akhirnya fase makanpun dimulai…

Alhamdulillahnya, sebelum MPASI dimulai aku sudah menemukan & menghabiskan semua highlight IGS di IG dokmet @metahanindita, dan dr situ menemukan & semakin yakin ya sudah, anakku kukasih MPASI fortifikasi saja dulu. Pertama, ringkas, HAHAHA. Kedua, kandungan gizinya lebih terjamin. Aku segitu takutnya anakku kurang zat besi, karena aku pengidap anemia. Pun zat besi sangat dibutuhkan untuk perkembangan otaknya.

Memang, MPASI fortifikasi cenderung miskin rasa & tekstur, tapi tidak apalah, sementara ini saja pun sembari tetap kuajarkan makanan rumahan. Apalagi berdasar hasil penelitian bahwa MPASI rumahan itu cenderung kurang gizi, terutama kurang kandungan zat besinya.

Sampai umurnya 6 bulan semua proses makannya dia aman, di awal makan dia bisa lahap & langsung habis dalam 10 menit, tapi semakin ke sini semakin lama & malas mangap. Kami kira karena bosan, dan tumbuh gigi pertamanya. Sudah coba ganti tekstur, yaitu dengan nasi & lauk diblender, tetap ditolak; ganti suasanapun tidak selalu berhasil. Aku sempat dihantui kekhawatiran anakku akan kesusahan naik tekstur, karena kok dari bubur fortifikasi ke tekstur blender masih saja dilepeh.

Sampai akhirnya pas aku sedang makan nasi & ikan gurame pesmol, dan iseng kusuapin ke anak, hanya dg nasi dibejek campur daging ikan, KOK YA ANAKNYA MANGAP SUKARELA. WOW. TERNYATA IBU TERLALU MEREMEHKAN ANAK DALAM NAIK TEKSTUR. Ternyata dia sudah suka, mau, dan mampu dg tekstur nasi lumat! Ya memang sih, dia makan kan sudah sejak 17 minggu ya, sudah melewati 2 bulan fase makan, berarti ibaratnya sudah seperti anak 8 bulan dg periode MPASI normal, jadi kupikir wajar jg kalau dia memang sudah bosan tekstur bubur.

Tapi ya tetap~ meski dia sudah suka makan nasi lumat, PR mikir lauknya apa yg enak & doi doyan ini sih yg sangat sangat saaangat~ menantang yekan. Tantangan ibu-ibu sedunia akhirat ini sih kurasa, HAHAHA.

Untuk buibu yg mau mulai, sedang melewati fase MPASI, kalau masih bingung dg ilmunya sebaiknya seperti apa, silakan babat habis semua highlight IGS @metahanindita ya, setelah itu, percayakan sj pada instingmu sbg ibu dalam melewati fase MPASI bersama anak. YANG KUAT YAAA! :))

Review Kelas: Persiapan Persalinan di RS YPK Menteng

Tidak cukup dengan mengikuti sekian kelas sebelum melahirkan, ketika RS YPK Menteng (calon RS tempatku melahirkan) mengadakan kelas persiapan melahirkan dg harga yg cukup murah, akupun tetap tertarik untuk ikut lagi, hitung-hitung update ilmu sebelum hari H, karena kebetulan memang saat itu kelas diadakan 2/3 minggu sebelum HPL.

Diampu langsung dengan bidan senior di YPK, di kelas yg cukup intim ini karena kami hanya berenam dg pasangan lain, ilmu yg diajarkan cukup singkat padat jelas, dan ternyata yg paling berguna adalah ilmu teknik mengejannya. Jika di kelas sebelumnya hanya mendapat ilmu tentang teknik nafasnya saja maka di kelas ini kami diajarkan teknik & posisi tubuh yg harus disiapkan saat mengejan, yaitu leher menunduk, dan terus dilipat ke dalam ke dada ketika ingin mengejan lebih dalam. Diiringi dengan teknik nafas yg harus panjang sekaligus dalam sekal tarikan, karena setahuku jika tidak dalam sekali nafas maka anaknya ketika crowning akan keluar masuk begitu ya? Dan tentu saja juga melelahkan untuk ibunya.

Berlangsung hanya selama 90 menit (kalau tidak salah), kelas ini menjadi cukup OK karena bisa ngobrol & curhat langsung akan ketidaktahuan kita tg persalinan langsung dg bidan yg sudah sering mengurus persalinan. Approved!

Memilih RS yang Mendukung Bumil

Jujur, jika tidak disarankan kakakku untuk belajar tentang gentle birth, maka aku nggak akan berjodoh dengan kelasnya mbak Imu di @birth.imwithu, maka rasanya akupun nggak akan tuh berkesadaran untuk mencari provider kesehatan yg menunjang kehamilan & persalinanku sesuai keinginan & kebutuhan aku & anakku.

Tapi karena aku Alhamdulillah berjodoh dengan kelas persiapan persalinannya mbak Imu, maka pasca kelaspun aku & mz zwm jadi lebih menimbang-nimbang tuh, apakah kami sudah cocok dengan obgyn & RS yg saat itu kerap kami datangi untuk kontrol?

Kalau perjalanan kami mencari obgyn sudah kuceritakan sebelumnya di sini ya. Namun lain hal lagi dalam perjalanan mencari RS. Buatku, RS nggak cukup hanya sekadar dekat, karena kalau ternyata jauh di hati gimana? *ngekngew

Jadi apa saja sih kriteriaku dalam memilih RS?

Yang jelas, pertama, pro ASI. Karena kalau pro normal itu lebih ke preferensi dalam memilih dokter, bukan memilih RS. Kedua, dokter & susternya OK, nggak? Karena kalau dokternya OK tapi RS & suster nggak OK, masih bisa kan ya pilih RS lain tempat dokter pilihan tsb praktek? Ahaha niat beudh~ Ketiga, antara harga dan fasilitas kamar yg didapat dibanding dengan plafon dari asuransi kantor, kalau yg ini ya gimana lagi ya, HAHAHA. Keempat, lokasi & jarak dari rumah apakah cukup terjangkau, jalanannya macet atau tidak, dll dll. Kelima, syukur jika dapet bonus semacam masakan RS yg enak, hihi. Oh, dan juga apakah RS-nya pro gentle birth atau tidak. Biasanya RS yg pro maka fasilitasnya pun akan memadai & mendukung gentle birth.

Maka perjalananku dalam memilih RS pun dimulai.

Yang paling dekat dengan rumah & sering aku datangi untuk kontrol sakit yg lain adalah RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, tapi langsung aku skip karena setahuku RS ini tidak pro normal maupun pro ASI. Hargapun tergolong premium, dan tidak ada obgyn yg sreg di hatiku di RS ini. Jadi akupun tidak mencari tahu lebih jauh tg kriteria lainnya.

Yang kedua adalah tempatku kontrol selama 8 bulan lamanya, RS OMNI Pulomas di Kayu Putih. Lokasi & jarak enak & mudah dijangkau. Dengan fasilitas asuransiku didapat kamar isi 3 pasien dg luas kamar yg cukupan, dan ketika aku survei pun kondisi bangsal ibu anaknya itu sepi, jd pikirku sikon di RS tersebut akan cenderung sepi pasien, jd mau sekamar bertigapun tak masalah. Hal baik lainnya adalah bangsal ibu & anak paska melahirkan di RS OMNI itu terpisah dg bangsal pasien berpenyakit, jadi aman~

Namun sayangnya RS ini semacam belum update sehingga terkesan tidak pro gentle birth, karena ruang bersalinnya adalah satu ruang besar, dg dua kasur untuk Kala 1 (observasi) dan satu kamar lagi di dalamnya untuk Kala 2. Ketika aku tanya tentang keinginan ABC terkait gentle birth, susternya tampak agak gagap & jawabannya cenderung diplomatis (tidak jelas mengizinkan atau tidak, seperti misalnya putar lagu, main gym ball, dll). Begitu pula untuk skill nakes & rasa makanannya aku juga nggak nemu review-nya, sangat minim nemu pasien yg pernah melahirken di RS ini melalui internet.

Incaranku selanjutnya adalah Kemang Medical Center/KMC, karena memang ada obgyn incaran juga di sana. Sayangnya kok ya juauh di Ampera sementara rumahku di Kelapa Gading, hahaha. Tapi aku bisa bantu me-review RS ini karena kok ya akhirnya aku merasakan rawat inap di KMC saat mastitis.

Dokter & nakes jelas OK, karena memang sudah terkenal seperti itu adanya. Makanan ya enak, tapi tidak seenak YPK sih kalau menurutku. Untuk kamarnya dg plafonku yg Rp 600 ribu ditempatkan di kamar entah kelas berapa, tapi sekamar berdua dan kamarnya besar, jauh lebih besar dari kamar YPK dengan kelas & harga yg sama, hahaha. Lebih enaknya lagi karena selama 5 hari aku ranap di KMC, hanya sendirian di kamar itu tapi kasur sebelah tidak dilipat, jd nyaman jg untuk suami istirahat kalau malam. Overall sih ya jelas, KMC sangat recommended.

Akhirnya pilihanku pun jatuh ke RS YPK Menteng untuk melahirkan, karena terkenal pro ASI & pro normal, akhirnya justru pilihan dokterku yg jadi fleksibel menyesuaikan dg RS yg kupilih. Selain itu YPK juga terkenal dg susternya yg OK, makanannya yg enak (beneran deh), dan ruang bersalin yg pro gentle birth.

Mereka punya satu ruang bersama Kala 1 berisi empat pasien dan dua ruang Kala 2, untuk persalinan biasa & gentle birth. Jadi ruangan yg untuk gentle birth ini memang sudah diset supaya lampu bisa disetting nyala redupnya, boleh putar lagu, boleh main gym ball & memang sudah disediakan, dan disediakan juga aroma therapy. Pokoknya betul-betul menunjang bumil yg ingin melakukan gentle birth.

Minusnya YPK hanya satu, dan rasanya memang susah sih jika ingin direnovasi karena turn over pasien yg tinggi, yaitu ukuran kamar yg kelewat kecil. Untuk kamarku yg berisi dua pasien, sungguh satu pasien itu cuma punya tambahan space di samping kasur kira-kira semeter, sebelahnya sudah langsung bilik pasien lain. Jadi sungguh repot jika ada tamu karena kamar yg kelewat sempit ini. Bahkan bisa dibilang, jatah luas kamar untuk dua pasien di YPK sama dengan jatah luas kamar untuk satu pasien di KMC yg sekamarnya berdua juga. Pusing nggak dengan penjelasan ini? HAHAHA.

Pas ranap di KMC sih sempet menyesal kenapaaa juga nggak lahiran di KMC, tapi kan ya nggak mungkin juga ya kontrol bulanan & mingguannya Kelapa Gading – Ampera melulu. Belum lagi jika di hari H kudu buru-buru ke Ampera yg notabene sering macet yg stress malah mz zwm nanti.

Overall sih tidak ada yg mengecewakan kok setelah ranap di YPK Menteng selama 8 hari. Persalinan & perawatan paska persalinan OK, dokter & suster OK, makanan OK, kamar not OK, hahahaha. Jarak & jalanan yg masih bearable untuk dilewati dari Kelapa Gading, pun tidak lupa aku afirmasi anak supaya lahir di jam malam saat tidak macet, meski dia lebih memilih untuk segera ke RS di jam magrib bubaran kerja, HAHAHA.

Jadi gimana buibu, sudah menentukan RS mana yg sekiranya akan mendukung rencana persalinannya?

Nonton Dulu, Lahiran Kemudian

OK. Bicara tentang proses lahiranku yg lewat 3 hari dari HPL. Fyi, HPL-ku juga dihitung berdasar kehamilan 40 w ya, bukan 38 w.

Anakku terhitung mungil ukurannya, di 38 w dia masih dianggap oleh USG sbg janin umur 36 w krn beratnya hanya 2,6 kg. 2 minggu berikutnya setiap kontrol di hari Selasa pun beratnya hanya naik tipis sekitar 2,7 kg. Fyi, 2,7 kg itu beratnya di H-1.

Sebagai ibu baru mendapati ukuran anak mungil begitu wajib santai tanpa khawatir. Coba lihat, apakah memang riwayat keluarganya begitu juga? Krn aku sendiri lahirnya dl jg gak sampai 3 kg. Lagipula berat 2,7 kg sudah tergolong cukup lahir meski memang tidak sesuai standar KMS. Namun di luar itu semua kondisi kesehatan janinnya bagus kok, jd ya santai saja, sambil tetap makan es & manis jika memang ingin mengejar berat badannya supaya agak naik sedikit. Lemayan kan, jd punya alasan njajan terus 😆

Tibalah di HPL-nya Boy di hari Minggu, 21 April. Nggak ada tanda menjelang persalinan sedikitpun, dan kami tetap santai.

Apa saja memang tanda menjelang persalinan? Pada umumnya sih ada yg mendadak diare/BAB lebih sering, keluarnya sumbat hamil yaitu lendir dg bercak darah, dan pastinya kontraksi yg semakin rutin & teratur dg rumus seperti ini:

Pertama, kontraksi 4-1-1, jika kontraksi terjadi tiap 4 menit sekali dg durasi 1 menit, sudah berlangsung teratur selama 1 jam, & jarak rumah-RS dapat ditempuh dalam 1 jam.

Kedua, kontraksi 7-40-2, yaitu jika kontraksi terjadi tiap 7 menit sekali dg durasi 40 detik, sudah berlangsung teratur selama 2 jam, & jarak rumah-RS dapat ditempuh dalam 2 jam.

Aku sendiri baru merasakan kontraksi hari Rabu, 24 April siang, pas baru masuk bioskop untuk nonton Avengers: Endgame. Sepanjang film aku sambil sibuk buka aplikasi Kontraksi Nyaman dari @bidankita. Ternyata pola kontraksiku sudah langsung 4-1-1! HAHAHAHA. Tapi ya gimana, dapet tiket Avengers-nya susah euy, jd kutahan kunikmati sabarrr sampai film selama 3,5 jam selesai.

Selesai nonton di Kuningan langsung minta mz zwm ke YPK, mo-to-ran, di jam bubaran kantor sekitar setengah enam sore. Ntaps yaaa, kontraksi sambil macet~ Rencananya cm mau cek bukaan berapa, kalau masih kecil mau balik rumah dl.

Masuk ke ruang Kala 1, dicek baru bukaan 1 katanya. Maka kuajak main gym ball & ditinggal mz zwm beli dinner. Somehowww, selama main gym ball rasa nyerinya makin ngawur & gak bisa nahan njerit 😂 Sampai bidan senior di luar ruangan bilang, “Itu mah kayanya dah bukaan 5 deh”, padahal hanya selang 10-15 menit sejak bukaan 1 tadi. Karena nyerinya makin jadi, akupun dipindah ke ruang Kala 2, sekitar jam 7 malam.

Singkat cerita, akhirnya dr. Andon datang sekitar jam 9 lewat. Selama menunggu itupun sebenarnya bukaan sudah lengkap, anak sudah turun & ketuban sudah pecah. Jadi keinginan mengejan sebenarnya sudah ada sejak lama tapi terpaksa ditahan demi nunggu dokter :’)

Bermodalkan ilmu nafas & mengejan yg kutahu, tetap butuh beberapa kali usaha untuk akhirnya bisa melahirken. Kayanya… lebih dr 5x mengejan ada sih. Teknik yg kupakai adalah hirup nafas perrrlahan supaya bisa panjang & dalem kemudian dihembuskan perlahan & dalem jg sekuat tenaga sambil leher menunduk mendorong dagu ke dada.

Akhirnya jam 10 malam tepat anak lahir. Berat badannya gimana? 3,070 kg lho! Ini membuktikan bahwa BBJ dalam USG itu memang gak bs dianggap akurat tp jg memang ga utk diremehkan, cukup sbg acuan perkiraan saja.

Dan lahiranku adalah HPL+3 dg munculnya pertanda baru di jam 2 siang, lahir di jam 10 malam. Aku tidak mengalami yg namanya diare/sering BAB, tidak ada lendir darah yg keluar juga. Jadi emang kelahiran itu gak bisa diperkirakan ataupun dibandingkan dengan orang lain untuk kemudian kita jadikan acuan mutlak.

Sabar dan percaya saja dg tubuh ibu & bayinya ya, agar masing-masing punya ceritanya sendiri ♥️

HPL-nya Kok Berbeda?

Gak inget sejak kapan, bahwa prinsipku HPL itu hari perkiraan lahir. Jadi emang ga pernah terlalu peduli dg HPL menurut HPHT ataupun USG, krn emang cenderung berbeda.

Yaiya, lha wong sepengatahuanku ya, berdasar pengalaman sendiri sih, HPHT itu kan berdasar rumus hitung-hitungan ya, yg mana kadang kita sendiri gak bener-bener inget hari pertama haid terakhir itu kapan? (Karena syok sendiri dg kenyataan tetiba hamil, LOL). Sementara HPL berdasar USG itu mengacu ke ukuran bayinya, yg diharapkan perkembangannya ideal jd yah~ HPL-nya sejalan miriplah dg HPHT. Poin ke-2 di atas itu aku alami sendiri, dg perbedaan usia janin sampai sekitar 2 minggu.

Jadi, memasuki bulan ke-9 somehow kami merasa gak cocok dg obgyn-nya Boy selama ini (Siapakah? Bisa dirunut sendiri di tulisan sini ya, hehe), lalu memutusken untuk pindah kontrol ke RS YPK Menteng dg dr. Andon (keputusan memilih obgyn ini sendiripun akan ditulis di beda tulisan lagi yes).

Kontrol pertama ke dr. Andon kami agak kaget semua, krn tetiba terhitung usia janin baru 36 w, padahal pas itu harusnya sudah 38 w. Dilakukan USG berulang, hasil tetap sama, sekitar 36 w, tapi di luar itu kondisi kesehatannya tetap OK, hanya usianya saja nih yg mengganjal.

Kenapa mendadak janin jd lebih muda? Krn ternyata ukuran janinnya yg mungil, jd terbaca oleh USG masih seukuran janin umur 36 w. Yaaa, mesin USG kan disetting berdasar ukuran ideal lah ya.

Untuk memastiken, aku dirujuk ke dr. Bambang Karsono, dewanya USG 4D 😂 enak banget USG dg blio, detil & berulang-ulang. Hasilnya? Emang anakku yg mungil, di umur 38 w beratnya masih 2,6 kg saja.

Selang beberapa minggu sampai di 40 w, anaknya masih anteng. HPL dia harusnya di hari Minggu, tp krn ya Minggu & gak ada tanda apapun, kami selow saja sih, dan memutusken tuk tetap kontrol rutin di Selasa.

Ternyata oh ternyata 24 jam setelah kontrol, anaknya lahir 😂 dan aku baru mulai ngrasain tanda-tanda itu di jam 2 siang hari lahirnya.

Kesimpulannya? HPL itu jangan terlalu dijadiin patokan sampai dipikirin banget buibu. Selama rutin kontrol & ga ada kekhawatiran apapun, tetap selow & berusaha menginduksi alami anaknya. Sebab makin stres mikir kapan lahiran, anaknya makin menolak lahir 😆

Lagipula, kenapa terburu-buru lahiran sih? Bakal jadi jarang tidur lho! 😂

Waspadai Pelemahan Otot Dasar Panggul

Seringkali kita mendapat info bahwa lebih enak lahiran normal daripada caesar, supaya bisa cepat pulang ke rumah & beraktivitas lagi. Tapi kenyataannya apakah semulus itu? Untuk aku sih… nggak 😂

Setelah persalinan normal selama 3 jam saja, aku malah terpaksa stay di RS sampai 8 hari, adalah karena gak bisa pipis spontan. Untuk aku yg hobi minum dan suka pipis, itu menyedihkan banget, huhuhu.

Kok bisa? Setelah ngobrol dg dr. Alfa di RS YPK yg merupakan obgyn sub-spesialis uroginekologi, aku ini sedang mengalami pelemahan otot dasar panggul. Faktornya apa saja memang? Yang aku alami sih adalah persalinan normal, BB anak 3 kg, dan sepertinya juga karena proses persalinan kala 2 yg lebih dari 1 jam.

Maka jadilah otot dasar panggulku melemah, yg bisa berakibat gak bisa pipis spontan seperti yg kualami, atau justru gak bisa kontrol keluarnya pipis dan/atau BAB, dan terburuknya adl turun peranakan. Jadi rasanya persis seperti sedang ISK tapi lebih parah. Pipis sudah diujung, terkumpul, tapi kamu gak mampu bukain pintunya untuk keluar. Mau disugesti seperti apapun teup gagal 😢

Solusinya adalah selama 8 hari itu aku berbuntut kateter, minumku pun dikontrol jumlah & jam konsumsinya. Kateteran gak enak bat~ bayangken aja ada selang dg ganjalan di mulut vagina yg kudu dibawa ke mana saja. Mau duduk, berdiri, tidur, serba gak nyaman. Selain itu aku jg dikasih obat untuk menguatkan kerja otot, dan alhamdulillahnya obat ini sukseisss bekerja dg bukti bahwa akhirnya di hari ke-8 aku di RS sudah bisa pipis sendiri.

Gimana cara menghindari pelemahan otot dasar panggul ini? Mudah. Senam kegel saja rupanya! Namun memang harus diakui bahwa isu pelemahan otot dasar panggul ini terabaikan olehku selama masa kehamilan, bahkan gak pernah mendengarnya sekalipun.

Untuk buibu yg mau menghindarinya, rajin-rajin senam kegel saja yes! Gimana sih cara tahunya kalo senam kegel kita sudah dipraktekin dg bener? Tes pada saat sedang pipis. Praktek menahan otot hingga memutus pipis untuk berhenti itulah senam kegel. Cukup dilakukan selama 5 hitungan saja kok, dan tentunya gak pas sedang pipis ya 😅

Selamat berlatih!

Memang Harus Mastitis Dulu

Jadi sejatinya aku sud lahiran, tanggal 24 April kemarin. Cerita menuju lahirannya sendiri menarik, tapi yg mau ditulisken dl adl cerita drama tg menyusui. Bisa dilihat dr judulnya 😂

PERHATIAN. Ini cerita panjang bat tg drama menyusui, waspadai malas baca lalu berhenti di tengah jalan 😂

Belum ada 24 jam sejak lahir, Boy (iya ini nickname-nya anak ✌️) sud diwanti-wanti sama Prof. Sofyan, DSA-nya di RS YPK Menteng kalau doi punya tounge tie (TT), tapi ditunggu dulu sj perkembangannya 1 minggu ke depan.

Tanpa tahu banyak tg resiko kepemilikan TT pd anak, ntah dari mana kudapatkan tenaga & kenekatan menyusui selama seminggu pertama dg kondisi puting ambyar & durasi ngASI anaknya yg lama ndak uwes-uwes.

Sampai akhirnya setelah seminggu, aku menanyaken status TT-nya doi jd mau diinsisi atau bagaimana karena kok nggak ada kabar lagi. Maka dipertemukanlah dg konselor laktasi YPK, dr. Diana, menurut blio TT-nya ini selayaknya diinsisi krn sud membuat putingku ambyar, tp teup kudu minta pertimbangan Prof. Sofyan lagi.

Malamnya kami bisa bertemu dg Prof, dan ternyataaa malah kata Prof TT doi ini masuk grade 4. YHA JELAS BIKIN PUTING AMBYAR YHA. GITU KOK GAK DIINSISI DARI AWAL SAJA SIK. Blio saranken ‘tuk insisi ke dr. Asti Praborini di RS Puri Cinere. Iya, jauh, banget, dari rumah kami.

Tapi sebenernya karena posisinya saat itu aku masih dirawat paska melahirken krn masih kudu pakei kateter krn belum bisa pipis spontan (ini beda cerita lagi :’) ), jadi kami putusken insisinya sama dr. Diana sajalah di YPK, demi menyusu yg lebih enak jg, sesegera mungkin.

Singkat cerita, di umur 2 minggu, Boy kontrol ke Prof, sayangnya BB lahirnya masih belum balik. Wadidaw. Setelah dicek sama Prof, menurutnya insisinya belum tuntas, masih ada selaput yg tersisa makanya ngASInya doi masih nggak jago jd yg dimimikpun nggak banyak. DAN YA JELAS EMAKNYA JUGA MASIH KESAKITEN, FYI.

Akhirnya besoknya pun kami langsung nekat ke RS Puri Cinere dan TT-nya Boy pun diinsisi kilat sama dr. Asti. Fyi blio ini dikenal sbg Nenek ASI Indonesia dan punya tim dokter konselor laktasi Praborini Lactation Team yg ada di 4 RS yaitu RS Puri Cinere, KMC, RS Permata Bekasi & Depok. Setelah diinsisi, kami diajarken kembali senam lidah (sebelumnya jg sudah diajarkan dr. Diana di YPK) dan aku diakupuntur demi ASI yg banyak (yg kurasa malah berujung menjadi mastitis).

Kecewanya, dalam seminggu berikutnya (berarti umurnya Boy adl jalan 2 minggu) ngASI masih menjadi kegiatan yg stresful buatku krn sakit dan lama dan anak yg rewel ndak uwes-uwes. Aku kecewa krn sud diinsisi 2 kali kok ya masih sj sakit.

Sampai akhirnya puting kiriku muncul milk blister yg sudah tampak seperti jerawat puting. YANG KALAU PAS DISUSUIN AMPUN DAH AH RASANYA. Atas perintah mama, aku disuruh segera ke konselor laktasi untuk minta ditangani.

Maka datanglah aku ke dr. Brigitta Godong di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, yg kebetulan dekat rumah & jadwalnya cocok hari itu. CELAKANYA, jerawatnya itu ternyata kudu dipecahken. Deeengan cara, disayat & dikeluarkan susu yg stuck dalam jaringan kulit barunya tsb.

Untuk kali ini aku mendoaken semoga buibu gak perlu ikut merasaken ya, krn sakit yg dirasa pas disayat, dikeluarkan & dibersihkan putingnya itu sampei bikin aku berantem sama mz zwm di ruang dokter 😂 Aku mah dah cuek we kalo nangis histerisku kedengeran pasien lain di luar. FYI, TRAUMA SAKITNYA NGALAHIN SAKITNYA KONTRAKSI LAHIRAN. SERIEUS.

Dan akupun pulang dg puting kiri yg berkawah…

Besoknya kami disuruh balik ke dr. Brigitta untuk diajarkan posisi menyusui yg baik & benar, yg mana sejak aku lahiran, sud ketemu 3 dokter laktasi tapi gak ada satupun yg mengajarkannya. Finally!

Ternyata, seminggu berikutnya pun penuh dg drama. Karena puting kanan ambyar, puting kiri ambyar banget, Boy ngASInya masih belum bener, dan aku butuh bantuan suami se-ti-ap ngASI untuk memposisiken Boy dalam pelukan. Anaknya agresif bat tiap mau minum, karena memang kurang ASI & ibunya pun malas-malasan ngASInya karena kesakitan. Singkat cerita, minggu itu banyak berantem dg mz zwm karena tiap proses ngASI selalu jadi penuh drama & emosional.

Hingga akhirnya aku pun mastitis… Peradangan payudara yg kayanya paling dihindari sama busui sebelum abses ya, krn memang abses adl versi parahnya mastitis & harus dioperasi.

Malam itu aku inget betul bahwa krn PD yg nyeri & bengkak maka kupompain sj terus, tapi anehnya hasil pompanya sedikiiit padahal PD berat nyeri bengkak. Muncul jg rasa nyeri ke arah ketiak dan semburat merah di sisi kanan atas PD ke arah ketiak.

Kebetulan besoknya aku sud janjian mau ke @bidan_syarifa untuk pijat laktasi, karena kupikir ini kesumbat biasa & bisa dilancarken dg pijet. Ternyata nggak, blio menolak memijat krn merah artinya mastitis & menyaranken untuk wajib segera ke RS dan rawat inap, selain itu jg Boy perlu dicek terkait BB-nya yg kurang dan lip tie-nya. Apa lagi itu lip tie? Dibahas beda cerita ya. Bidan Ipeh kasih opsi untuk inap di RS Permata Bekasi/KMC. Kami pun pilih KMC karena dekat dg rumah kakak & mz zwm.

Malamnya kami ke UGD karena Klinik Laktasi tutup jam 6 sore. Aku dirujuk sbg pasien dr. Myra Sylvina Amri, dokter bedahnya KMC, dan Boy aku memaksa minta agar menjadi pasiennya dr. Anjar Setiani.

Singkat cerita, alhamdulillah nyeriku ini masih tergolong mastitis jd tidak perlu dioperasi & cukup diberi antibiotik via infus. Boy pun ternyata lip tie-nya kudu diinsisi krn tergolong grade 3 YA AMPUN. Tounge tie-nya pun ternyata senamnya kudu tega, ditekan dg tenaga supaya gak balik lg lukanya, jd sampai sekarang tiap senam Boy pasti nangis kejer.

Juaranya KMC adalah tim laktasinya fokus banget sama pasiennya, dalam sehari aku bisa di-visit 4-5x sesuai jam ngASInya Boy. Kebetulan Boy jg sempat bingung puting krn empeng, jd diterapi skin to skin juga.

Dan karena rutin di-visit jadi mau nggak mau kudu ngASI kan ya, sakit nggak sakit, dipaksa, dicariken teknik & posisi yg senyaman mungkin untuk ibunya ngASI, alhasil drama menyusui seperti di minggu ke-3 paska lahiran kemarinpun sirnahhh. Aku bisa nemuken posisi fave which is football, dan kenekatan niatku untuk rutin ngASI dg gantian PD kanan kiri juga muncul lagi.

Mz zwm pun senang krn aku sud jd lebih mandiri ketika jam ngASI, gak kudu didampingi, diposisiken, dan jelasnya gak pakei berantem lagi. Semua ini akibat positif dr mastitis 😂

Sekarang paska 3 minggu setelah mastitis, Boy BB-nya sudah naik & sesuai KMS ALHAMDULILLAH. Terima kasih untuk tim laktasi KMC, kini isu menyusui apapun kupercayaken pada KMC! 😂♥️

Review Kelas @griyaibusehat: Prenatal Yoga

AKHIRNYA! Sempat menulis lagi setelah lahiran, ahaha. Kali ini mau review kelas persiapan persalinan lain yg sempat diikuti bersama suami ya!

Masih tetap dalam rangka menyiapkan diri sebaik mungkin saat hamil, aku juga berinisiatif mengikuti kelas prenatal yoga, dan maunya yg berpasangan dg suami, krn suamipun suka dg yoga, dan memang sebelum aku hamil kami rajin ikut yoga bersama. Setelah mencari-cari, akhirnya nemu di Sunter, yaitu Griya Ibu Sehat dg mbak Felicia sbg pengajarnya, yg mana beliau jg adl eks bidan yg sekarang menjadi seorang doula.

Awalnya dalam bayanganku prenatal yoganya itu ya akan dilakukan beramai-ramai, full beryoga seperti kelas yoga pd umumnya, hanya gerakannya sj yg berbeda. Namun ternyata di Griya Ibu Sehat ini berbeda.

Enaknya, kelasnya bisa dibilang cukup privat, pesertanya maksimal 2 pasutri. Di kedatangan pertama kami diajarkan singkat tg proses persalinan dan jenis-jenis nafas yg dibutuhkan selama hamil & persalinan plus alternatif posisi persalinan, baru kemudian diajak yoga, lalu ada simulasi mengejan saat persalinan sembari melatih nafas yg baik & benar, karena memang proses mengejan saat persalinan itu fatal jika tidak dilakukan dg baik & benar.

Setiap kelasnya bisa berlangsung hingga 2 jam, karena memang jg sambil ngobrol & istirahat jika dirasa tubuh bumilnya kelelahan. Agenda kelasnya selalu sama, doa di awal & akhir kelas dan berbicara dg janinnya, yoga, simulasi persalinan, kemudian ditutup dg yoga lagi utk relaksasi di akhir.

Yang menyenangkan dr kelas bersama mbak Felic di Griya Ibu Sehat ini adalah kita diajarkan & dipandu betul tata cara posisi dan pernafasan yg baik & benar. Memang sih, bernafas itu kegiatan sepanjang hidup, tapi ternyata untuk nafas panjang & dalam memang tidak bisa dilakukan tanpa latihan.

Untuk proses mengejan, diajarkan nafas panjang & dalam dg durasi hingga 20 hitungan. Fyi, itu nggak gampang, karena kebiasaan kita sehari-hari yg hanya bernafas pendek-pendek, maka untuk bisa melepas nafas agak lama itu ternyata susah.

Anyway, buatku mengejan tanpa ada sesuatu yg ingin dikeluarkan itu agak susah juga sih ya 😂

Belum lagi “dipaksa” senyum karena mindset-nya yg dibuat bahwa dengan mengejan itu berarti kita sedang membantu tubuh kita & bayi agar bisa segera bertemu, jadi kita wajib berbahagia.

FYI, SENYUM SAAT KONTRAKSI ITU TERNYATA JUGA NGGAK MUDAH YA, HAHAHAHAHA.

Untuk buibu yang mau tahu apa saja jenis nafas yg diajarkan mbak Felic bisa dibaca di sini ya. Untuk yg penasaran & ingin ikut kelasnya di Metro Kencana, Sunter, silakan cek IG mereka di @griyaibusehat.

Good luck!

Tips & Trik Belanja Keperluan Bayi

Kehamilan adalah satu fase hidup yang bisa dan memang menyita banyak banget waktu, energi, & pikiran yekan. Bahkan untuk kegiatan menyenangkan macem belanja keperluan bayinya pun, bagiku, menyita perhatian banget. Karena tentu saja, nggak mau asal beli padahal harga juga nggak murah. Meski yang murah belum tentu jelek dan yang mahal belum tentu nggak murahan 😛

Aku sendiri adalah tipe yang kebetulan kemarin ini sabar betul dalam menahan keinginan belanja. Selain keduluan oleh eyangnya anak, akupun selow saja belanja di usia hamil yang sud menjelang 8 bulan.

Lalu memang apa saja yang kulakukan untuk menyelesaikan pembelian daftar belanjaan perlengkapan bayi secara sabar & bertahap?

1. Buat Daftar Produk Belanjaan

Jelas, ini adalah tahap pertama yang paling penting. Mendata apa saja yang dibutuhkan untuk anak & ibu, apa saja yang dibutuhkan sebelum persalinan, saat persalinan, dan sesudah kelahiran, lalu dipilah lagi, misal setelah kelahiran itu selain pakaian bayi tentu saja, biasanya juga ada perlengkapan mandi & tidur anak, perangkat menyusui, dan juga printilan lain sesederhana mainan.

Nah untuk tahu apa saja yang kurasa perlu & penting di beli sejak sebelum persalinan bisa dicek di sini. Kalau ada barang yang sekiranya buibu kira akan temukan di daftar tapi tidak ada, seperti stroller, crib, bantal guling, dll, adalah karena menurutku nggak perlu disiapkan dari sekarang, atau bisa disewa, atau memang karena nggak berniat punya karena nggak berniat kupakaikan ke anak, hehe.

Nah dari sekian banyak daftar produk tadi, masih bisa dipilah lagi, mana yang bisa dibeli online dan tidak, atau perlu melihat secara offline dulu tapi belinya tetap online. Bebas, yang mana saja yang ternyaman untuk buibu.

2. Baca Review Kanan Kiri Kanan Kiri

Iya literally kanan kiri kanan kiri karena akupun pas cari review produk incaran nggak cukup 1-2 kali saja. Mulai dari forum, blog, ataupun memang paid promote di web tertentu, semua kujadikan bahan pertimbangan ‘tuk beli.

Review buibu, disandingkan dengan harganya, nah akan semakin logis tuh, karena memang harus diakui, ada harga ada kualitas itu somehow juga benar adanya yekan.

Jadi kalau misal nemu fakta bahwa produk X banyak yang cocok, oh ya wajar karena ternyata harganya pun premium jadi kualitasnya ya bisa banyak diterima oleh banyak orang. Dari situ bisa kita jadikan bahan pertimbangan lagi kan apakah masuk budget atau tidak.

3. Survei Harga Online

Meski buibu berniat beli produknya secara offline, kusaranken tetap survei harga dulu secara online baik di web resmi produknya (kalau ada) maupun di Tokped, Shopee, tororo.com, dan sejenisnya.

Fungsinya supaya punya gambaran saja dulu harganya sebenarnya sekitar berapaan sih? Web resmi bisa jadi lebih mahal, tapi bisa juga lebih murah kalau mereka punya official store di tokped, shopee, dll. Beberapa toko online yang kulak di tokped dkk juga kadang suka lebih murah lho!

Kalau perlu buat tabel perbandingan, produk A isi sekian, di tokped harga sekian, di shopee harga sekian, dst dst, jangan pernah capek survei pokoknya! 😂

4. Main (dan Belanja) Langsung ke Toko

Sudah ada daftar belanjaan beserta merek incaran & perkiraan harga secara online? Nah, kalau ada toko perlengkapan bayi yang terkenal murah di sekitaran buibu, silakan berangkat ke TKP dengan bawa daftarnya. Nggak perlu malu untuk hanya sekadar tanya harga per merek untuk dibandingkan & catat-catat.

Kapan sebaiknya beli di toko offline? Jika harganya lebih murah/hanya selisih sedikit (kira-kira senilai ongkir kalau beli online), jika model/desainnya susah ditemukan kalau beli online, jika ukuran & berat produk nggak merepotkan/beresiko untuk kita bawa pulang ke rumah, jika jenis barangnya memang lebih meyakinkan dibeli jika kita sudah cek kondisinya dulu (misal: stroller).

Kapan sebaiknya beli online? Jika ongkir & promonya lumayan, jika bisa menemukan 1 toko yang menyediakan beberapa barang incaran sekaligus supaya hemat ongkir, jika ukuran & berat produk masih cukup sesuai dengan ongkir yang kita bayar demi kenyamanan (tidak repot/beresiko dibanding membawanya sendiri), jika jenis barangnya tidak perlu pengecekan lebih dulu.

Aku sendiri kemarin proporsi belanjanya lebih banyak (1) online, (2) di Fany Baby ITC Kuningan, dan (3) di Audrey Baby Shop di ITC Cempaka Mas.

Untuk online mayoritas beli di Tokopedia, karena memang aku pembeli setia banget sejak lama 😂 Paling nyaman dengan layout mereka, dan karena sudah jadi Gold User jadi voucherku pun banyak~ 🙌

Untuk toko offline aku lebih nyaman berbelanja di Fany Baby. Kenapa? Harga sudah jelas dari awal dan memang lebih murah, merek yang lebih beragam, tidak ada mbak-mbak yang dedicated buat kita, somehow ini buatku lebih nyaman sih. Jadi setiap mbak di masing-masing area yang akan langsung pul barang kita di kasir gitu.

Sedangkan kalau di Audrey Baby Shop itu harganya masih tergantung ownernya lagi dikasihnya berapa, dan kayanya semakin banyak yang dibeli jadi lebih murah. Aku sih kurang suka sistem begitu karena justru jadi nggak jelas ya harga aslinya di berapa. Selain itu pas ke Audrey beberapa kali minta merek pembanding itu nggak tersedia, jadi males aku tuh~

5. Belanja Online

Nah, kalau ternyata setelah nyatet, cek review, survei, dan kelar belanja offline masih ada aja barang yang belum kebeli & memutusken ‘tuk beli online, jangan buru-buru juga.

Tahu sendiri dong kalau tokped dkk itu hobi betul ngadain promo macem flash sale, voucher cashback, sampai mother & baby fair online yang kebetulan sempet aku rasain juga sekitar bulan Maret kemarin. Lemayan bangat!

Nah jadi kuncinya mah tetap sama: rajin survei untuk bandingken harga, jangan lupa termasuk ongkir & promonya juga dibandingken, dan sabar nungguin kali-kali mereka ngadaken sale yekan.

Semouga, dengan tips trik belanja perlengkapan bayi (dan juga ibunya tentu saja) yang lemayan panjang ini bisa cukup membantu buibu untuk berhenti bingung mikir, “Kudu beli apa & mulai dari mana nih?” dan tentunya membantu menghemat budget belanjanya. Amen!

Berdayakan Diri Demi Kepercayaan Diri

Adalah sebuah kewajaran jika menjadi hamil berarti menjadi khawatir, kepikiran, hampir tiada henti. Sebut saja, khawatir terhadap kesehatan diri sendiri, khawatir terhadap kesehatan janin apalagi, khawatir dengan kesiapan finansial, khawatir dengan kesiapan mental -yang mana seringkali terabaikan-, khawatir jika nanti anaknya harus ditinggal kerja, dan seterusnya. Rasanya buibu bisa nggak selesai memaparkan daftar kekhawatirannya.

Tapi apakah memang menjadi khawatir itu perlu & penting selama kehamilan?

Buat saya, ya perlu & penting selama masih dalam batas wajar. Namun jika sudah mencapai tingkat kekhawatiran yg tidak logis, sampai hal sepelepun dipertanyakan, ya itu berarti kita sendiri sebagai calon Ibu masih belum ada cukup niat untuk memberdayakan diri dengan banyak belajar.

Terlebih untuk yg hamil pertama ya, harus diakui bahwa kehamilan menjadi hal yg sangat baru dong pastinya. Apa yg sebaiknya dilakukan? Ya karena merupakan hal baru & akan mengubah hidup selamanya, maka belajarlah, cari tahulah, terlebih dg sikon sekarang yg informasi itu bawuanyak banget ya kan.

Hal paling umum yg banyak banget ditanyakan, biasanya perihal respon tubuh terhadap kehamilan, apa saja yg boleh & dilarang dikonsumsi, yg mana kedua hal tersebut informasinya nyebar ada banyak banget, bisa cek Google, atau dg rutin cek aplikasi kehamilan.

Nah, salah satu aplikasi yg saya gunakan sejak awal hamil adalah Baby Centre (BC). Di BC, setelah memasukkan HPHT kita maka akan langsung muncul informasi harian yg bisa kita baca mulai dari tahapan perkembangan harian dari anak kita, tips seputar kehamilan seperti nutrisi apa saja yg dibutuhkan, kegiatan fisik apa saja yg boleh & dilarang selama hamil, dan beragam info lain seputar kehamilan.

Bacaan penting lainnya yg juga sangat berguna buatku adalah http://www.spinningbabies.com. Terutama jika sudah memasuki trimester akhir biasanya akan mulai disibukkan dg kekhawatiran memikirkan posisi bayi menuju lahiran apakah sudah ideal atau belum. Nah di web ini semua dibahas mulai dari posisi bayi, tips trik aktivitas yg bisa dilakukan sehari-hari maupun menjelang persalinan yg bs membantu mengoptimalkan tubuh ibu & posisi bayinya. Silakan dicek juga, ya!

Nah, daripada disibukkan dengan kekhawatiran apalagi khawatir terhadap mitos, lebih baik kita segera membekali diri terlebih dulu dengan banyak info seputar kehamilan. Aku sendiripun memang lebih suka mencari info dari google/aplikasi, dibanding berdasar pengalaman sesama bumil misalnya, karena ya harus diakui, setiap kehamilan itu berbeda-beda kan, bahkan kehamilan pertama & kedua yg dialami oleh satu ibu yg sama, misalnya. Jadi aku tidak merasa cukup yakin untuk menjadikan pengalaman mereka sebagai acuan dalam menanggapi kehamilanku sendiri. Paling hanya kujadikan tambahan info untuk kemudian kupelajari lebih lanjut dg googling tentu saja.

Banyak baca di Google atau aplikasi kehamilan adalah salah satu cara termurah, termudah yg bisa kita lakukan. Cara lainnya apa? Ikut kelas! Sekarang sudah ada banyak banget kelas offline maupun online yg membahas seputar kehamilan, persalinan, bahkan pasca persalinan. Cari yg sesuai dg ketertarikan & budget, ikuti, & catat agar bisa dipelajari ulang menjelang hari H. Jangan lupa ajak suami untuk ikut kelas juga ya, dan sharing ilmu apapun yg didapat agar mereka juga merasa dihargai & tentunya memiliki andil penting sejak masa kehamilan sampai nanti membesarkan anak seumur hidup.

Jadi gimana buibu, sudah siap memberdayakan diri?